Tuesday, August 7, 2012

LAILATUL QADAR

Tuesday, 7 August 2012 Puasa: LAILATUL QADAR Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar (malam ketetapan) adalah satu malam dalam bulan Ramadhan yang digambarkan dalam al-Quran sebagai malam yang baik dari seribu bulan, serta juga sebagai malam diturunkan al-Quran. Malam Lailatul Qadar ada disebut dalam beberapa hadis berikut: Shahih Bukhari Bab 25: Mendirikan Shalat Pada Malam Lailatul Qadar Termasuk Keimanan 26. Abu Hurairah رضي الله عنه berkata, "Rasulullah saw, bersabda, 'Barangsiapa yang menegakkan (shalat) pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mencari keridhaan Allah, maka diampunilah dosanya yang telah lalu.'" Bab 4: Dihilangkannya Pengetahuan tentang Tanggal Lailatul Qadar karena Adanya Orang yang Bertengkar 990. Ubadah ibnush-Shamit berkata, "Nabi keluar untuk memberitahukan kepada kami mengenai waktu tibanya Lailatul Qadar. Kemudian ada dua orang lelaki dari kaum muslimin yang berdebat. Beliau bersabda, '(Sesungguhnya aku 1/18) keluar untuk memberitahukan kepadamu tentang waktu datangnya Lailatul Qadar, tiba-tiba si Fulan dan si Fulan berbantah-bantahan. Lalu, diangkatlah pengetahuan tentang waktu Lailatul Qadar itu, namun hal itu lebih baik untukmu. Maka dari itu, carilah dia (Lailatul Qadar) pada malam kesembilan, ketujuh, dan kelima.' (Dalam satu riwayat: Carilah ia pada malam ketujuh, kesembilan, dan kelima)."[5] [5] Al-Hafizh berkata di dalam Kitab al-Iman di dalam al-Fath, "Demikianlah dalam kebanyakan riwayat, dengan mendahulukan lafal sab 'tujuh' daripada tis 'sembilan'. Hal ini mengisyaratkan bahwa harapan terjadinya Lailatul Qadar pada tanggal ketujuh (dari belakang, yakni dua puluh tiga) itu lebih kuat mengingat dipentingkannya tanggal itu dengan disebutkan di depan. Akan tetapi, di dalam riwayat Abu Nu'aim di dalam al-Mustakhraj lafal tis secara berurutan." Saya (al-Albani) katakan bahwa terdapat riwayat penyusun (Imam Bukhari) di sini yang terluput dikomentari, sebagaimana Anda lihat. Kemudian al-Hafizh lupa mensyarah riwayat ini di sini. Ia tidak menyebutkan di sana, karena ia menyebutkan di sini bahwa riwayat lain di sisi penyusun di dalam Al-Iman dengan lafal, "Carilah ia pada malam sembilan, tujuh, dan lima." Yakni, dengan mendahulukan lafal sembilan daripada tujuh, demikian pula syarahnya di sini. Seakan-akan terjadi kerancuan di sisinya antara riwayat Imam Bukhari di sini dengan riwayat Abu Nu'aim yang disebutkan di sana. Hanya Allahlah yang dapat memberikan perlindungan. Bab 3: Mencari Lailatul Qadar pada Malam yang Ganjil dalam Sepuluh Malam Terakhir Dalam hal ini terdapat riwayat Ubadah.[2] 987. Aisyah رضي الله عنها berkata, "Rasulullah ber'itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, dan beliau bersabda, 'Carilah malam qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan." 988. Ibnu Abbas رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, "Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh yang terakhir dari (bulan) Ramadhan. Lailatul Qadar itu pada sembilan hari yang masih tersisa,[3] tujuh yang masih tersisa, dan lima yang masih tersisa." (Yakni Lailatul Qadar 2/255). 989. Ibnu Abbas berkata, "Carilah pada tanggal dua puluh empat."[4] [2] Yaitu, hadits Ubadah yang maushul yang disebutkan sesudah bab ini. [3] Sebagai badal dari perkataan 'al-Asyr al-awaakhir' 'sepuluh hari terakhir'. Sembilan hari yang masih tersisa, maksudnya tanggal dua puluh satu, tujuh hari yang masih tersisa maksudnya tanggal dua puluh tiga, dan lima hari yang masih tersisa maksudnya tanggal dua puluh lima. [4] Riwayat ini mauquf (yakni perkataan Ibnu Abbas sendiri), tetapi dirafakan oleh Ahmad. Hadits ini telah ditakhrij di dalam Silsilatul Ahaditsish Shahihah (nomor 1471). Al-Hafizh berkata, "Terdapat kesulitan mengenai perkataan ini yang di dalam riwayat lain dikatakan pada tanggal ganjil. Kesulitan ini dijawab dengan mengkompromikan bahwa lafal yang lahirnya menunjukkan genap itu adalah dihitung dari akhir bulan, sehingga malam dua puluh empat (yang genap) itu adalah malam ketujuh (dihitung dari belakang)." Bab 134: Sujud di Atas Hidung di Atas Tanah 442. Abu Salamah berkata, "Aku datang kepada Abu Sa'id al-Khudri, lalu aku berkata kepadanya, 'Tidakkah sebaiknya engkau keluar bersama kami menuju pohon kurma untuk berbincang-bincang?' Abu Said pun keluar, dan aku berkata kepadanya, 'Ceritakanlah kepadaku apa yang telah engkau dengar dari Nabi tentang (dan dalam satu riwayat: aku bertanya kepada Abu Sa'id al-Khudri, [dan dia itu teman saya 2/ 253]. Aku bertanya, 'Apakah engkau pernah mendengar Rasulullah menyebut-nyebut 2/258) malam Qadar?' Dia berkata, 'Rasulullah sedang i'tikaf sepuluh hari pertama bulan Ramadlan. Kami pun i'tikaf bersama-sama dengan beliau. Maka, datanglah malaikat Jibril seraya berkata, 'Sesungguhnya malam yang engkau cari ada di depanmu.' Nabi meneruskan lagi i'tikaf beliau pada sepuluh hari pertengahan bulan, dan kami pun i'tikaf bersama-sama dengan beliau. [Pada pagi hari kedua tanggal dua puluh, kami pindahkan barang-barang kami 2/259], lalu datang pula malaikat Jibril seraya mengatakan, 'Sesungguhnya malam yang engkau cari ada di depanmu.' Keesokan harinya pada tanggal dua puluh bulan Ramadhan, Nabi berpidato, 'Barangsiapa melakukan itikaf bersamaku, maka hendaklah dia kembali.' Lalu orang-orang kembali ke masjid. (Dan dalam satu riwayat: lalu beliau berpidato kepada orang-orang, dan memerintahkan kepada mereka apa yang dikehendaki Allah. Kemudian beliau bersabda: 'Aku beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir. Maka, barangsiapa hendak beri'tikaf bersamaku, hendaklah ia tetap di tempat i'tikafnya 2/254). Karena, sesungguhnya aku telah diperlihatkan malam Qadar, tetapi aku dilupakan tanggalnya. Namun, ia ada pada sepuluh malam terakhir, [dan carilah 2/254] pada setiap malam ganjil. Aku melihat (dalam mimpi) seakan-akan aku bersujud dalam lumpur dan air [pada kesokan harinya 2/256].' Setelah beliau kembali ke tempat i'tikafnya, langit mendung dan banyak angin, lalu turun hujan. Maka, demi Allah yang telah mengutus beliau dengan benar, sesungguhnya langit mendung dan banyak angin pada akhir hari itu. Pada waktu itu atap masjid terbuat dari pelepah kurma, dan di langit kami tidak melihat awan sedikit pun. Tetapi, tidak lama kemudian, datanglah awan gelap dan turun hujan dengan lebatnya sehingga atap mengalirkan air. (Dan dalam satu riwayat: maka, masjid meneteskan air di tempat shalat Nabi pada malam kedua puluh satu). Lalu, shalat diiqamahi (1/163), maka beliau shalat bersama-sama dengan kami. Lalu, kami lihat Nabi sujud di air dan tanah hingga saya melihat tanah dan air melekat di kening dan di puncak hidung Rasulullah. (dan dalam satu riwayat: lalu mataku memandang kepada beliau ketika selesai shalat subuh, sedang wajah beliau penuh dengan tanah dan air], sesuai benar dengan mimpi beliau." Bulughul Maram Kitab Puasa Dari Muawiyah Ibnu Abu Sufyan رضي الله عنه bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda tentang lailatul qadar: "Malam dua puluh tujuh." Riwayat Abu Dawud dan menurut pendapat yang kuat ia adalah mauquf. ada 40 pendapat yang berselisih tentang penetapannya yang saya paparkan dalam kitab Fathul Bari. Dari Ibnu Umar رضي الله عنه bahwa beberapa shahabat Nabi صلی الله عليه وسلم melihat lailatul qadr dalam mimpi tujuh malam terakhir, maka barangsiapa mencarinya hendaknya ia mencari pada tujuh malam terakhir." Muttafaq Alaihi. Dari 'Aisyah رضي الله عنها bahwa dia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku tahu suatu malam dari lailatul qadr, apa yang harus aku baca pada malam tersebut? Beliau bersabda: "bacalah (artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau menyukai ampunan, maka ampunilah aku)." Riwayat Imam Lima selain Abu Dawud. Hadits shahih menurut Tirmidzi dan Hakim. PrintPDF

No comments:

Post a Comment